Langsung ke konten utama

Pengalaman Bermain yang Menyenangkan

Jika berbicara tentang mainan yang diwariskan kepada anak, saya jadi teringat papa mertua. Beliau senang sekali menyimpan barang-barang lama. Beberapa mainan seperti mobil-mobilan dan robot, otoped, juga sepeda roda 4 milik anak-anaknya, semua masih tersimpan dengan baik dan dapat digunakan. 


Anak saya dan sepupunya pun senang ketika mainan itu di keluarkan oleh kakeknya dan boleh mereka mainkan. Otoped pun masih sering mereka gunakan, bahkan keponakan saya belajar sepeda memakai sepeda roda 4 milik mamanya dulu. Seandainya masih tinggal di Bandung, saya yakin anak saya juga pasti belajar menggunakan sepeda itu.


Sepeda dan otoped warisan

Berbeda dengan keluarga suami, di keluarga saya tidak banyak mainan tersisa dari masa kecil saya dan adik-adik. Entah kemana semua mainan itu. Malah yang banyak tersimpan rapi adalah bacaan-bacaan kami. Mulai dari majalah, komik hingga novel. Memang jika menyangkut koleksi bacaan saya cukup apik. Mereka adalah benda berharga yang paling saya sayangi diantara barang-barang saya lainnya. Suatu hari akan tiba masanya koleksi itu saya kenalkan kepada anak saya sesuai dengan usianya.


Sebetulnya mainan bukan sesuatu yang ingin saya wariskan kepada anak saya. Mainan itu hanya sebagai alat untuk melatih diri. Mengembangkan kreativitas, motorik, daya imajinasi dan lain sebagainya. Lagi pula bagi anak-anak, bermain itu tidak harus dengan mainan dalam bentuk fisik. Sekedar berlari-lari, bermain sembunyi-sembunyi, bermain hujan, atau naik-naik ke badan orang tuanya pun sudah dianggap bermain oleh mereka. Apalagi anak saya, dia sangat senang jika bermain bersama kami.


Karena itu saya senang mengajaknya bermain di luar rumah. Menurut saya, bermain di luar rumah membawa lebih banyak pengalaman dan hal-hal menarik untuk diceritakan daripada di dalam rumah. Seperti saat saya kecil dulu, saya tidak punya banyak mainan, apalagi mainan mahal. Saya banyak bermain di luar rumah dengan teman-teman. Bermain apa saja. Begitu saja sudah membuat masa kecil saya sangat bahagia dan tidak terlupakan.


Jadi, bukan mainan itu yang ingin kami wariskan, tapi pengalaman bermainnya. Perasaan bahagia ketika sedang bermain, juga memori bahagia bahwa kami adalah teman bermainnya. Semoga sampai dewasa kelak anak saya masih menganggap kami teman yang asyik baginya. Semahal dan sebagus apapun mainannya tidak akan bisa menggantikan kebahagiaan bermain bersama kedua orang tua dan teman-temannya. Bahkan sesederhana apapun permainan itu, jika dilakukan bersama akan terasa lebih menyenangkan. Bukan begitu?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenis Drama Korea yang Bikin "Ilfil"

Awal minggu ini masuk ke topik ke-6 tantangan WAG Drakor dan Literasi, yaitu "Drama korea yang enggan ditonton". Seperti yang sudah pernah saya tulis di postingan sebelumnya, saya senang menonton tayangan bergenre apapun, kecuali horor, sadis dan mengandung banyak darah. Ketiga hal itu yang paling tidak bisa saya hadapi baik dalam tontonan maupun bacaan. Drama bergenre horor adalah yang paling pertama dan utama yang saya hindari. Namun ada kalanya saya tergoda untuk menonton drama seperti itu. Beberapa membuat saya takut di awal, namun akhirnya memberanikan diri karena penasaran. Contohnya Master Sun (2013). Saya pertama menonton drama ini pada awal rilisnya, yaitu tahun 2013. Teman saya yang sudah mulai menonton merekomendasikannya kepada saya. Katanya dramanya bagus. Namun di episode pertama saya sudah disuguhi hantu-hantu yang menyeramkan, sehingga mengurungkan niat untuk menonton. Sekitar tahun 2016 akhirnya saya mencoba menonton lagi drama ini. Drama ini menampilkan Gon...

Semua Unik, Semua Asyik

Wohooo!!! Akhirnya sampai juga di topik ke-15. Sudah setengah jalan dari total 30 topik yang akan dibahas. Apakah topik ke-15 itu? Penasaran? Jawabannya adalah "Kamu tim Drama Ongoing atau Drama Completed ?". Sebetulnya jawabannya mudah saja kan. Tinggal pilih salah satu atau keduanya. Tapi karena ada batasan minimal menulis 300 kata, izinkan saya berbasa-basi dulu sebelum sampai pada kesimpulan. 😁 Dulu, sebelum era  internet merajalela, sudah bisa dipastikan saya selalu menonton drama secara ongoing di televisi. Memang menonton seperti ini membuat penasaran, namun saya juga jadi lebih disiplin dengan waktu. Drama tersebut pasti tayang di hari dan jam yang sama. Ada yang tayang setiap hari, ada yang seminggu sekali, dan lain sebagianya. Tergantung kebijakan masing-masing stasiun televisi. Dari sinilah saya belajar mengelola waktu, agar saat drama tersebut tayang, saya bisa menonton dengan bebas tanpa gangguan tugas-tugas yang lainnya, seperti PR atau pekerjaan rumah. Ibu s...

Dunia Kita Tidak Jauh Berbeda Dengan Dunia Komik

Topik 18 dari tantangan wag Drakor dan Literasi awal minggu ini adalah " Scene Drakor yang Bikin Dejavu (Serasa Pengalaman Sendiri)". Awalnya bingung adegan apa yang mirip pengalaman saya sendiri, namun dari drama Extraordinary You (2019), yang baru saya tamatkan kemarin, saya menemukan banyak sekali adegan yang membuat saya dejavu . Baca juga : Review Drama Korea Extraordinary You Garis besar cerita yang diangkat dalam drama Extraordinary You ini membuat saya teringat hidup saya sendiri, juga manusia-manusia lain di dunia ini. Mengikuti setiap episodenya membuat saya berpikir hidup kita laksana dunia dalam komik. Penulis yang disebut-sebut dalam drama ini seperti gambaran tentang Sang "Penulis" hidup, yaitu Tuhan. Sedangkan manusia adalah tokoh-tokoh yang diciptakan oleh-Nya. Hal-hal yang terjadi di dunia ini berjalan seperti apa yang Dia kehendaki. Bahkan katanya, garis hidup kita sudah ditentukan bahkan sebelum kita lahir ke dunia ini. Mirip dengan apa yang di...