Langsung ke konten utama

Rumah Adalah Sekolah Yang Pertama

Seperti yang saya bahas sebelumnya bahwa menjadi orang tua itu tidak ada sekolahnya, namun orang tua dituntut menjadi guru. Lalu apakah bisa kita menjadi guru jika kita tidak belajar? Tentu saja itu tidak mungkin. Sebagai orang tua kita harus terus menambah ilmu untuk bisa menjadi guru yang baik bagi anak-anak kita. Tidak ada orang tua hebat yang mahir dalam segala hal, yang ada hanyalah orang tua hebat yang tidak berhenti belajar dan tumbuh bersama anak-anaknya.


Jika orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Maka rumah dan keluarga adalah lingkungan pendidikan/sekolah pertamanya. Anak lahir dan besar di dalam rumah sebelum akhirnya mengenal dunia luar. Oleh karena itu kita harus bisa menciptakan suasana rumah yang mendukung untuk berlangsungnya proses pendidikan di dalamnya. Proses pendidikan yang aman dan nyaman bagi semua elemennya.


Hal pertama yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan hal tersebut adalah membuat rumah kita menjadi rumah ramah anak. Tidak hanya dari perabot namun juga dari tata ruangnya. Rumah yang ramah anak sangat penting untuk menjamin keselamatan dan kelancaran dalam proses tumbuh kembang seorang anak. Anak akan lebih bebas bereksplorasi tanpa merasa terkekang dalam rumah yang dibuat ramah anak.


Hal kedua yang bisa dilakukan adalah membuat perpustakaan keluarga. Mengenalkan buku sejak dini kepada anak adalah hal yang baik. Bacaan yang berkualitas akan membuat anak semakin dekat dengan ilmu pengetahuan. Selain itu membaca buku bersama anak bisa membangun bonding antara orang tua dan anak. Ini sangat penting bagi tumbuh kembangnya.


Mengenalkan teknologi juga perlu di lakukan di dalam rumah. Menyediakan komputer atau laptop bagi anak yang cukup umur dapat menjadi langkah awal pengenalan teknologi kepada mereka. Dengan pengawasan yang baik, penggunaan teknologi akan menstimulasi perkembangannya.


Biarkan anak-anak melakukan segala aktivitasnya di dalam rumah dengan nyaman. Fasilitasi mereka untuk belajar banyak hal. Perkenalkan hal-hal baru kepada mereka setiap waktu. Mulai dari seni, matematika, bahasa, sains, budaya, sejarah, geografi dan lain sebagainya. Semakin banyak hal yang mereka pelajari, semakin mudah bagi orang tua menemukan minat dan bakat terbesar yang mereka miliki.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenis Drama Korea yang Bikin "Ilfil"

Awal minggu ini masuk ke topik ke-6 tantangan WAG Drakor dan Literasi, yaitu "Drama korea yang enggan ditonton". Seperti yang sudah pernah saya tulis di postingan sebelumnya, saya senang menonton tayangan bergenre apapun, kecuali horor, sadis dan mengandung banyak darah. Ketiga hal itu yang paling tidak bisa saya hadapi baik dalam tontonan maupun bacaan. Drama bergenre horor adalah yang paling pertama dan utama yang saya hindari. Namun ada kalanya saya tergoda untuk menonton drama seperti itu. Beberapa membuat saya takut di awal, namun akhirnya memberanikan diri karena penasaran. Contohnya Master Sun (2013). Saya pertama menonton drama ini pada awal rilisnya, yaitu tahun 2013. Teman saya yang sudah mulai menonton merekomendasikannya kepada saya. Katanya dramanya bagus. Namun di episode pertama saya sudah disuguhi hantu-hantu yang menyeramkan, sehingga mengurungkan niat untuk menonton. Sekitar tahun 2016 akhirnya saya mencoba menonton lagi drama ini. Drama ini menampilkan Gon...

Efek Samping Menonton Drama Korea

Halo semua! Kembali lagi kita membahas tentang drama korea. Kali ini topik ke-7 adalah tentang manfaat atau efek menonton drama korea. Jadi, setelah dua dekade menjadi penikmat drama korea adakah manfaat dan efek menonton drama yang selama ini saya rasakan? Tentu ada pastinya ya. Segala sesuatu yang kita lakukan dalam hidup pasti ada efeknya. Entah efek positif maupun efek negatif. Mari kita bahas satu persatu. Mendapatkan Hiburan Alasan pertama dan utama menonton selama ini adalah mencari hiburan. Baik itu drama korea ataupun tontonan lainnya. Saat sedang senggang, selain membaca, menonton adalah salah satu hal yang bisa menjadi pengobat lelah dan kebosanan. Terutama dulu saat belum berkeluarga. Kalau sekarang, saya lebih banyak memilih tidur daripada menonton. Tempat Lari dari Kenyataan Selain mencari hiburan, salah satu tujuan lain dari menonton adalah lari dari kenyataan. Terutama jika sedang dirundung masalah. Biasanya saya akan menenggelamkan diri seharian dalam dunia yang ada di...

Semua Unik, Semua Asyik

Wohooo!!! Akhirnya sampai juga di topik ke-15. Sudah setengah jalan dari total 30 topik yang akan dibahas. Apakah topik ke-15 itu? Penasaran? Jawabannya adalah "Kamu tim Drama Ongoing atau Drama Completed ?". Sebetulnya jawabannya mudah saja kan. Tinggal pilih salah satu atau keduanya. Tapi karena ada batasan minimal menulis 300 kata, izinkan saya berbasa-basi dulu sebelum sampai pada kesimpulan. 😁 Dulu, sebelum era  internet merajalela, sudah bisa dipastikan saya selalu menonton drama secara ongoing di televisi. Memang menonton seperti ini membuat penasaran, namun saya juga jadi lebih disiplin dengan waktu. Drama tersebut pasti tayang di hari dan jam yang sama. Ada yang tayang setiap hari, ada yang seminggu sekali, dan lain sebagianya. Tergantung kebijakan masing-masing stasiun televisi. Dari sinilah saya belajar mengelola waktu, agar saat drama tersebut tayang, saya bisa menonton dengan bebas tanpa gangguan tugas-tugas yang lainnya, seperti PR atau pekerjaan rumah. Ibu s...