Langsung ke konten utama

Bahasa itu Bisa karena Terbiasa

Halo drakorian!

Masih sibuk nonton drama kah? Saya sudah mulai jarang dan sedang dalam fase rindu-rindunya nih. Apalagi list drama keren yang baru tayang dan akan tayang tahun ini semakin banyak. Siap-siap maraton lagi setelah ini.


Sebelum maraton drakor lagi saya mau menulis tentang topik ke-10 tantangan WAG Drakor dan literasi dulu. Tidak terasa sudah sampai topik ke-10, ya. Topik ini adalah yang terakhir di bulan Juni. Lalu apa akan membahas apa kali ini? Saya akan membahas "Belajar Hangeul, yay or nay?"


Sejujurnya topik yang satu ini membuat saya bingung harus menulis apa karena saya tidak banyak tahu mengenai hangeul atau tulisan Korea. Jadi saya langsung menjawab pertanyaannya saja, ya. Jadi teman-teman tidak akan mendapatkan informasi apa-apa mengenai hangeul dalam tulisan saya. Tulisan ini hanya akan berisi curahan hati 😁


Sejujurnya saya bukan orang yang senang belajar bahasa. Sama seperti pelajaran sejarah yang butuh banyak menghafal, bahasa pun terasa seperti itu buat saya. Apalagi bahasa yang menggunakan aksara lain. Lebih susah lagi untuk mengingatnya.


Bagi saya, bahasa itu adalah sesuatu yang bisa karena terbiasa. Jika saya sering memakainya, maka lama-lama saya akan semakin mahir. Seperti bahasa Bali, Sunda, dan Melayu yang saya pahami sedikit-sedikit karena bergaul dengan orang-orangnya, atau bahasa Korea dan Jepang yang saya tahu dari anime, film, dan dramanya.


Namun jika tidak dipakai, bahasa juga bisa menguap begitu saja. Seperti bahasa Jerman yang pernah saya pelajari di bangku kelas 2 dan kelas 3 SMA. Saat ini saya tidak ingat satupun kata-katanya kecuali "Ich Liebe Dich" yang berarti aku sayang kamu. Padahal 2 tahun saya belajar dan berhasil mendapatkan nilai 8 di rapor saya. 


Bahkan saya pernah lupa urutan tulisan arab dan pengucapannya. Membaca Al-Quran masih bisa, tapi menyebutkan urutan huruf arab dan pengucapannya saya bingung. Untungnya jika pernah belajar, lebih mudah mengingatnya kembali. Satu lagi bahasa dengan aksara berbeda yang saya lupakan, yaitu aksara jawa. Padahal saya mempelajarinya semenjak SD hingga SMA.


Dari dari pengalaman itulah saya bisa menyimpulkan bahwa bisa itu karena terbiasa. Terutama bagi saya. Jadi apakah saat ini saya berminat mempelajari hangeul? Sepertinya belum. Saya merasa belum menemukan "strong why" untuk belajar tulisan Korea. Daripada saya belajar dan akhirnya lupa kembali, sebaiknya ditunda dulu sampai waktu yang belum ditentukan. Untuk saat ini cukup mempelajari kata-katanya dengan tulisan latin dari google dan drama korea. 😁

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenis Drama Korea yang Bikin "Ilfil"

Awal minggu ini masuk ke topik ke-6 tantangan WAG Drakor dan Literasi, yaitu "Drama korea yang enggan ditonton". Seperti yang sudah pernah saya tulis di postingan sebelumnya, saya senang menonton tayangan bergenre apapun, kecuali horor, sadis dan mengandung banyak darah. Ketiga hal itu yang paling tidak bisa saya hadapi baik dalam tontonan maupun bacaan. Drama bergenre horor adalah yang paling pertama dan utama yang saya hindari. Namun ada kalanya saya tergoda untuk menonton drama seperti itu. Beberapa membuat saya takut di awal, namun akhirnya memberanikan diri karena penasaran. Contohnya Master Sun (2013). Saya pertama menonton drama ini pada awal rilisnya, yaitu tahun 2013. Teman saya yang sudah mulai menonton merekomendasikannya kepada saya. Katanya dramanya bagus. Namun di episode pertama saya sudah disuguhi hantu-hantu yang menyeramkan, sehingga mengurungkan niat untuk menonton. Sekitar tahun 2016 akhirnya saya mencoba menonton lagi drama ini. Drama ini menampilkan Gon...

Semua Unik, Semua Asyik

Wohooo!!! Akhirnya sampai juga di topik ke-15. Sudah setengah jalan dari total 30 topik yang akan dibahas. Apakah topik ke-15 itu? Penasaran? Jawabannya adalah "Kamu tim Drama Ongoing atau Drama Completed ?". Sebetulnya jawabannya mudah saja kan. Tinggal pilih salah satu atau keduanya. Tapi karena ada batasan minimal menulis 300 kata, izinkan saya berbasa-basi dulu sebelum sampai pada kesimpulan. 😁 Dulu, sebelum era  internet merajalela, sudah bisa dipastikan saya selalu menonton drama secara ongoing di televisi. Memang menonton seperti ini membuat penasaran, namun saya juga jadi lebih disiplin dengan waktu. Drama tersebut pasti tayang di hari dan jam yang sama. Ada yang tayang setiap hari, ada yang seminggu sekali, dan lain sebagianya. Tergantung kebijakan masing-masing stasiun televisi. Dari sinilah saya belajar mengelola waktu, agar saat drama tersebut tayang, saya bisa menonton dengan bebas tanpa gangguan tugas-tugas yang lainnya, seperti PR atau pekerjaan rumah. Ibu s...

Dunia Kita Tidak Jauh Berbeda Dengan Dunia Komik

Topik 18 dari tantangan wag Drakor dan Literasi awal minggu ini adalah " Scene Drakor yang Bikin Dejavu (Serasa Pengalaman Sendiri)". Awalnya bingung adegan apa yang mirip pengalaman saya sendiri, namun dari drama Extraordinary You (2019), yang baru saya tamatkan kemarin, saya menemukan banyak sekali adegan yang membuat saya dejavu . Baca juga : Review Drama Korea Extraordinary You Garis besar cerita yang diangkat dalam drama Extraordinary You ini membuat saya teringat hidup saya sendiri, juga manusia-manusia lain di dunia ini. Mengikuti setiap episodenya membuat saya berpikir hidup kita laksana dunia dalam komik. Penulis yang disebut-sebut dalam drama ini seperti gambaran tentang Sang "Penulis" hidup, yaitu Tuhan. Sedangkan manusia adalah tokoh-tokoh yang diciptakan oleh-Nya. Hal-hal yang terjadi di dunia ini berjalan seperti apa yang Dia kehendaki. Bahkan katanya, garis hidup kita sudah ditentukan bahkan sebelum kita lahir ke dunia ini. Mirip dengan apa yang di...