Tema Rulis Kompakan minggu ke-6 adalah tentang handphone pertama atau pengalaman berkesan dengan handphone. Sejujurnya saya tidak terlalu ingat handphone apa yang pertama saya pakai. Saya hanya ingat handphone pertama saya bermerek Nokia. Merek yang cukup berjaya pada zamannya. Kalau tidak salah seri 2100 warna biru. Saya mendapatkannya ketika kelas 1 SMA, sekitar tahun 2003-2004. Setelahnya saya beberapa kali berganti handphone, antara lain Nokia 3200, Nokia 3230, Sony Ericsson W610i, Sony Ericsson Xperia Neo V, Samsung Galaxy Mega 5.8 dan yang terakhir Motorola G5S plus.
Sebetulnya setelah Nokia 3200 dan sebelum Nokia 3230 itu, saya memakai dua handphone Nokia juga, tapi saya tidak ingat tipenya. Salah satu dari dua handphone yang saya lupa itu hilang dicopet di angkot ketika pulang sekolah saat saya kelas 3 SMA, sekitar tahun 2005-2006. Hari itu sepertinya jadwal saya les, karena saya ingat ketika di dalam angkot, hari mulai gelap menjelang magrib. Dari tempat les yang dekat dengan sekolah, saya harus naik 3 angkot, atau 2 angkot dan ojek, untuk sampai di rumah. Maklum jarak sekolah ke rumah saya cukup jauh, sekitar 20 km. Seperti biasa angkot jurusan terminal Landungsari - terminal Batu baru akan berangkat ketika penuh. Jadi jarang menemukan angkot jurusan ini lowong, apalagi ketika hari sudah menjelang malam.
Di dalam angkot hari itu, saya duduk nomor dua dari pojok belakang. Di samping kiri saya, di pojok dekat jendela, duduk seorang ibu. Awalnya saya santai saja. Duduk diam sambil membaca novel, kebiasaan yang saya lakukan untuk membunuh waktu selama di perjalanan. Begitu ibu itu turun, barulah entah kenapa saya refleks meraba bagian samping kiri tas saya, dan merasakan robekan di kantong depan tas sebelah kiri. Saya panik. Segera saya buka resleting kantong depan itu, lalu menyadari handphone saya telah raib.
Seketika saya pun menangis di dalam angkot yang masih cukup ramai itu tanpa peduli rasa malu. Anehnya, tidak ada seorang pun yang bertanya kenapa saya menangis. Janggal bukan? Seorang anak SMA berseragam tiba-tiba menangis di dalam angkot menjelang magrib, tapi tidak ada seorang pun yang penasaran untuk bertanya kenapa. Sesampainya di terminal Batu, saya naik ojek menuju rumah. Saya berusaha keras menahan tangis dalam perjalanan itu. Namun tangisan saya kembali pecah, dan semakin kencang begitu memasuki rumah. Sampai pembantu dan ibu saya panik. Selain sedih karena handphone hilang, saya juga sedih tas kesayangan saya rusak.
Ketika teringat hari itu saya masih sangat kesal dengan si ibu. Meskipun tidak ada bukti pasti, saya yakin beliau yang mengambilnya. Karena saat masuk angkot handphone tersebut masih ada, dan hanya dia yang memungkinkan merobek tas saya di posisi itu. Untunglah dompet saya tidak ikut lenyap. Meskipun isinya tidak seberapa, namun itu juga harta yang cukup berharga bagi anak SMA.
Begitulah pengalaman pertama saya kehilangan handphone. Menyesakkan tapi harus belajar mengikhlaskan. Setelahnya saya menggunakan handphone milik ibu saya, kebetulan ibu punya dua, dan setiap naik angkot saya pakai untuk mendengarkan radio. Tujuannya agar ketika tiba-tiba suaranya hilang, saya bisa segera waspada. Bagaimana? Apakah kalian pernah kehilangan handphone juga? Yuk ceritakan di kolom komentar.
Wuihh.. Aku kok garis bawahi org2 di angkot yg gak peduli sama sekali. Sedih aku tuh.
BalasHapusIya sedih kan.. Setidaknya ditanya knp dek? hehhehe
HapusAh sedih ya mbak..
BalasHapusEmang klo naik angkutan umum kita harus lebih berhati hati ya..
Iya betul. Apalagi angkutan yang rame berdempet-dempet
Hapus