Langsung ke konten utama

Tantangan 15 hari Zona 1 Bunda Sayang (Hari 1)

Setelah melewati kelas pra bunda sayang dan bermain dengan 4 wahana yang seru, akhirnya sampai juga saya di kelas bunda sayang yang sesungguhnya. Memasuki zona 1, kami akan belajar tentang komunikasi produktif. Kami diminta menceritakan temuan kami selama 15 hari ke depan, dimulai dari hari ini. Partner yang akan saya ajak bermain selama 15 hari ke depan adalah anak saya yang saat ini berusia 4 tahun 7 bulan.


Saya tidak menyiapkan pembahasan khusus untuk didiskusikan dengan anak saya karena sedang tidak ada hal mendesak yang ingin saya sampaikan kepada dia. Temuan saya hari ini tanpa rencana dan mengalir begitu saja. Jadi apa temuan saya hari ini? 


Temuanku hari ini

"Anak ingin saya temani saat jadwal domestik di pagi hari."


Tadi pagi anak saya bangun tidur sekitar pukul 7.20 WIB, tepat ketika saya selesai memasak. Seperti biasa saya menghampiri dan memeluknya. Saya selalu melakukan itu setiap pagi. Menyapa dan memeluk anak saat dia bangun tidur sudah menjadi kebiasaan buat saya. Responnya bermacam-macam, seringkali dia memeluk balik lalu mengusap-usap alis saya. Tak jarang dia langsung menyuruh saya pergi setelah pelukan singkat. Bahkan pernah dia menolak saya peluk. Saya santai saja. Wajar jika mood seorang anak berubah-ubah. Kita saja yang dewasa juga pasti sering merasa seperti itu. Namun tadi pagi dia sedang ingin bermanja-manja. Dia tidak mau melepas pelukan dan ingin terus ditemani rebahan.


Tantangan yang kuhadapi hari ini

"Membuat anak tenang dan mengizinkan saya kembali melakukan kegiatan domestik terlebih dahulu."


Saya dan anak sebelumnya sudah membuat perjanjian, saat Papa (suami saya) mandi hingga berangkat bekerja, dia harus bermain sendiri dulu karena biasanya pada jam itu saya mempersiapkan perlengkapan bekerja suami termasuk bekal makan siang. Jadi saat dia tidak mengizinkan saya beranjak dari tempat tidur, kembali saya mengingatkannya tentang perjanjian tersebut.


"Anak baik, Mami siapin bekal Papi dulu ya. Kan sekarang masih waktunya Mami bekerja. Nanti kalau Papi sudah berangkat, Mami temani lagi." Kira-kira seperti itulah saya berusaha merayunya.


"Anak baik" adalah panggilan kesayangan untuk si bocah. Biasanya dengan panggilan ini, dan intonasi yang lembut, dia akan lebih mudah untuk diberi arahan. Namun rayuan tersebut tidak langsung berhasil. Dia masih menolak melepaskan saya. Saya pun merayu lagi. Saya harus lepas dari tempat tidur sebelum ketiduran. Kegiatan domestik di pagi hari cukup menguras energi, sehingga rayuan untuk rebahan itu sekuat tenaga harus saya lawan.


"Mami minta waktu sebentar saja, ya. Kalau masih ingin rebahan, tunggu Mami di sini. Mami ke dapur dulu." Saya pun melepas pelukannya dan kali ini dia melepaskan saya. 


Saya segera menyelesaikan pekerjaan yang tersisa, sedangkan anak saya masih diam di kamar untuk beberapa saat sampai akhirnya dia bosan dan mulai bermain di ruang tamu. Namun kesabarannya pagi tadi tidak bertahan lama. Kira-kira 10 menit kemudian, saat saya masih berbincang dengan suami, dia kembali merengek minta ditemani. Bahkan dia melarang saya berbicara dengan Papanya. Mainan mulai dipukul-pukulkan ke lantai tanda dia sedang marah. Biasanya saya akan balik marah dan mengomel. Tapi dari pengalaman saya, marah tidak akan membuat dia tenang, jadi saya berusaha menahan diri. Lagipula tadi saya sendiri yang meminta izin untuk pergi sebentar saja.


Saya pun mengakhiri obrolan dengan suami dan menghampiri bocah kecil itu.


"Kenapa? Sudah tidak sabar ingin ditemani, ya? Sini Mami gendong." Saya menawarkan untuk menggendongnya dan dia mau.


Memang ketika dia tantrum, artinya dia sedang ingin perhatian penuh dan ingin dimanja. Menggendong sambil mengobrol adalah salah satu cara cepat menenangkannya. Meskipun tentu saja gendongan itu tidak akan bertahan lama, mengingat berat badannya yang tidak ringan lagi. Saat tak kuat lagi menggendong, saya memindahkannya ke pangkuan saya. Saya mengajaknya mengobrol sambil memeluknya. Lalu tidak lama setelah suami saya saya berangkat dia mengajak saya bermain. Begitulah anak saya. Bagi dia bermain selalu kurang seru tanpa ditemani.


Rencanaku untuk esok hari


Menahan emosi dengan lebih baik lagi dan mengasah kemampuan berkomunikasi secara produktif, agar maksud dan tujuan saya bisa diterima tanpa perlu adu emosi.


Poin komunikasi produktif hari ini

Menyampaikan keinginan dengan halus dan tanpa paksaan lebih efektif daripada dengan emosi. Seorang teman berkata "Bukan isi komunikasi yang tidak diterima, tapi cara penyampaiannya kurang tepat."


Bintangku hari ini

⭐⭐⭐⭐


Saya memberi diri saya 4 bintang atas usaha menahan emosi dan berkata dengan intonasi serta gestur yang baik hari ini.


#harike-1

#tantangan15hari

#zona1komprod

#pantaibentangpetualang 

#institutibuprofesional

#petualangbahagia

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jenis Drama Korea yang Bikin "Ilfil"

Awal minggu ini masuk ke topik ke-6 tantangan WAG Drakor dan Literasi, yaitu "Drama korea yang enggan ditonton". Seperti yang sudah pernah saya tulis di postingan sebelumnya, saya senang menonton tayangan bergenre apapun, kecuali horor, sadis dan mengandung banyak darah. Ketiga hal itu yang paling tidak bisa saya hadapi baik dalam tontonan maupun bacaan. Drama bergenre horor adalah yang paling pertama dan utama yang saya hindari. Namun ada kalanya saya tergoda untuk menonton drama seperti itu. Beberapa membuat saya takut di awal, namun akhirnya memberanikan diri karena penasaran. Contohnya Master Sun (2013). Saya pertama menonton drama ini pada awal rilisnya, yaitu tahun 2013. Teman saya yang sudah mulai menonton merekomendasikannya kepada saya. Katanya dramanya bagus. Namun di episode pertama saya sudah disuguhi hantu-hantu yang menyeramkan, sehingga mengurungkan niat untuk menonton. Sekitar tahun 2016 akhirnya saya mencoba menonton lagi drama ini. Drama ini menampilkan Gon...

Efek Samping Menonton Drama Korea

Halo semua! Kembali lagi kita membahas tentang drama korea. Kali ini topik ke-7 adalah tentang manfaat atau efek menonton drama korea. Jadi, setelah dua dekade menjadi penikmat drama korea adakah manfaat dan efek menonton drama yang selama ini saya rasakan? Tentu ada pastinya ya. Segala sesuatu yang kita lakukan dalam hidup pasti ada efeknya. Entah efek positif maupun efek negatif. Mari kita bahas satu persatu. Mendapatkan Hiburan Alasan pertama dan utama menonton selama ini adalah mencari hiburan. Baik itu drama korea ataupun tontonan lainnya. Saat sedang senggang, selain membaca, menonton adalah salah satu hal yang bisa menjadi pengobat lelah dan kebosanan. Terutama dulu saat belum berkeluarga. Kalau sekarang, saya lebih banyak memilih tidur daripada menonton. Tempat Lari dari Kenyataan Selain mencari hiburan, salah satu tujuan lain dari menonton adalah lari dari kenyataan. Terutama jika sedang dirundung masalah. Biasanya saya akan menenggelamkan diri seharian dalam dunia yang ada di...

Semua Unik, Semua Asyik

Wohooo!!! Akhirnya sampai juga di topik ke-15. Sudah setengah jalan dari total 30 topik yang akan dibahas. Apakah topik ke-15 itu? Penasaran? Jawabannya adalah "Kamu tim Drama Ongoing atau Drama Completed ?". Sebetulnya jawabannya mudah saja kan. Tinggal pilih salah satu atau keduanya. Tapi karena ada batasan minimal menulis 300 kata, izinkan saya berbasa-basi dulu sebelum sampai pada kesimpulan. 😁 Dulu, sebelum era  internet merajalela, sudah bisa dipastikan saya selalu menonton drama secara ongoing di televisi. Memang menonton seperti ini membuat penasaran, namun saya juga jadi lebih disiplin dengan waktu. Drama tersebut pasti tayang di hari dan jam yang sama. Ada yang tayang setiap hari, ada yang seminggu sekali, dan lain sebagianya. Tergantung kebijakan masing-masing stasiun televisi. Dari sinilah saya belajar mengelola waktu, agar saat drama tersebut tayang, saya bisa menonton dengan bebas tanpa gangguan tugas-tugas yang lainnya, seperti PR atau pekerjaan rumah. Ibu s...