Langsung ke konten utama

"Tempat" Menonton Drama Korea dari Masa ke Masa


Setelah sebelumnya membahas awal cerita jatuh cinta dengan drama korea, akhir minggu ini kita masuk topik ke-3 dari challenge yang diadakan WAG Drakor dan Literasi. Topik yang diangkat kali ini adalah "Biasa nonton drakor dimana?"


Baca juga : Kenapa Jatuh Cinta dengan Drama Korea?


Jadi dimana biasanya saya menonton drama korea? Kebiasaan menonton saya dari awal hingga saat ini secara garis besar terbagi menjadi tiga fase.


Fase 1 : Masa SMP hingga SMA (2000-2006)

Masa ini adalah masa dimana pengguna internet belum sebanyak sekarang. Rata-rata ponsel pun belum bisa mengakses internet. Ini adalah masa kejayaan siaran televisi serta VCD dan DVD. Maka dari televisi lah saya mengenal drama korea untuk pertama kalinya. Hampir semua drama korea yang ditayangkan di televisi saya tonton. Asalkan jam tayangnya sore hari, di jam saya pulang sekolah. Namun terkadang saya harus merelakan tertinggal beberapa episode jika ada pelajaran tambahan atau les.


Sepertinya zaman itu belum banyak juga yang menjual atau menyewakan VCD dan DVD drama korea, sehingga satu-satunya sumber drama korea yang bisa saya jangkau adalah televisi. Mulai dari Endless Love/Autumn in My Heart, Memories of Bali, Full house, Sassy Girl Chun Hyang, Princess Hours, Jewel in The Palace, dan lain sebagainya.


Kekurangan menonton di televisi selain terkadang tertinggal episode, juga drama yang tiba-tiba tidak ditayangkan lanjutannya dan diganti drama lain (mungkin hanya terjadi di televisi Indonesia). Satu yang paling saya ingat adalah drama Becoming a Billionaire yang akhirnya baru saya tamatkan beberapa tahun kemudian, setelah bertahun-tahun menyimpan rasa penasaran 😅


Fase 2 : Masa kuliah hingga bekerja (2006-2015)

Pada fase ke-2 ini, internet sudah semakin mudah di akses. Warung internet (Warnet) mulai menjamur dimana-mana. Modem mulai banyak digunakan. Generasi awal ponsel pintar pun sudah mulai bermunculan. Blackberry dan Iphone adalah dua merek yang berjaya pada awalnya. Namun begitu ponsel Android muncul, dialah yang berkuasa.


Selama masa kuliah, saya tinggal di rumah kos, sekamar berdua dengan adik sepupu yang kebetulan satu kampus dengan saya. Saat itu lepaslah saya dari pasokan drama korea dari televisi. Teman-teman yang di rumahnya bebas mengakses internet atau mereka yang memiliki modem adalah supplier drama korea saya pada masa kuliah, termasuk teman-teman sepupu saya. Bertukar drama dan film adalah hal yang sangat lumrah pada masa ini. Begitu pula pinjam meminjam dvd, karena saat itu dvd bajakan drama korea sudah mulai banyak di pasaran. Jaman kuliah ini saya lebih banyak menonton di laptop. Laptop siapa pun yang dipinjamkan ke saya. Karena masa itu belum punya laptop maupun komputer. 😁


Saat mulai bekerja, saya akhirnya bisa membeli laptop dan modem sendiri. Akhirnya saya tidak hanya menjadi penadah, tapi juga supplier bagi rekan-rekan kerja. Tentu saja drama-drama yang di download adalah drama bajakan. Web yang menjadi favorit kala itu adalah indowebster. Dengan adanya ponsel android, menonton pun semakin mudah. 


Saya lebih sering menonton menggunakan ponsel daripada laptop karena lebih praktis dan bisa menonton dimana saja. Jadi drama yang sudah saya download disimpan ke ponsel, lalu menginstal aplikasi player tambahan untuk menonton. Karena jika hanya menggunakan player bawaan, tanpa memakai aplikasi tambahan, subtitle biasanya tidak terbaca.


Jadi masa-masa ini sebagian besar dipenuhi dengan drama-drama yang diperoleh secara ilegal 😂


Fase 3 : Masa awal menikah hingga sekarang (2015-2020)

Disini segalanya terasa lebih mudah. Wifi berkecepatan tinggi sudah mulai terpasang dimana-mana, terutama di rumah. Disinilah saya mulai mengenal situs-situs streaming seperti indoxx1 dan kissasian. Cukup hubungkan laptop ke televisi dengan kabel HDMI, maraton drama sembari setrika pun siap dilaksanakan. Akan tetapi jika situasi tidak memungkinkan, acara streaming hanya bisa dilakukan lewat ponsel saja.


Awal menjadi ibu, mulai muncul aplikasi streaming yaitu Viu, yang mana lebih user friendly dibandingkan dengan website yang biasa saya gunakan. Pilihan tayangannya pun beragam, tidak hanya dari Korea tapi juga dari beberapa negara lain seperti Jepang dan Thailand. Saya pun perlahan mulai berpindah hati. Awalnya, hampir semua drama bisa ditonton secara gratis, kecuali drama-drama yang masih ongoing atau drama yang "rame". Jadi untuk drama ongoing yang tidak sabar saya tonton, saya kembali beralih ke situs-situs streaming.


Aneka Tayangan yang ditawarkan Viu
(Sumber : Dokumen pribadi)


Begitu pindah ke Batam, kemewahan koneksi tanpa batas dari wifi harus rela saya tinggalkan. Jadilah saya tidak bisa lagi mengandalkan streaming karena itu menyedot banyak kuota. Saya pun mengakali dengan mendownload terlebih dahulu drama atau film yang ingin ditonton dari Viu. Dengan begitu saya bisa lebih menghemat kuota. 


Saat ini saya masih setia dengan Viu, namun entah kenapa hampir semua tayangannya menjadi berbayar, sehingga saya akhirnya memutuskan untuk upgrade Viu premium, demi kelancaran asupan drama korea. Memang tidak semua drama ada di Viu, beberapa drama ada di Netflix yang sayangnya tidak bisa di install di ponsel saya yang menggunakan nomor Telkomsel. Pernah mencoba HOOQ, tapi kurang begitu menarik. Dan kabarnya sekarang gulung tikar.


Untuk drama yang ingin ditonton tapi tidak ada di Viu, saya mengandalkan suami untuk mendownload di kantor. Bukan hal layak dicontoh pastinya. Terakhir saya meminta suami mendownload dari link yang ada di Telegram. Nampaknya Telegram ini mulai menjadi salah satu alternatif tempat streaming serta download film dan drama.


Begitulah perjalanan menonton saya. Kalau kalian suka menonton drakor dimana?



1. Dea
2. Ima
3. Alienda
4. Dian
5. Lala
6. Chika
7. Gita
8. Nadya
9. Asri
10. Rijo
11. Risna
12. Dwi
13. Litha
14. Lendyagasshi
15. Rella

Komentar

  1. Aku juga dulu mengandalkan suami yang kantornya dipasang internet unlimited.
    Jadi kalau suami pulang yang ditanyain "Bi, tadi uda donlot sampai eps berapa?"
    Hihii~

    Sekarang malah suami yang nanya, "Kamu lagi nonton drama apa?"
    Dengan begitu....kita bisa saling berbagi cerita apa yang sedang ditonton.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehehe... Dulu di Bandung pake wifi jd bebas. Di Batam belum pasang wifi, jd kl yg gak ada di Viu mengandalkan suami. Ladang malah suamiku download lain2 juga yg gak kutitip. jd makin banyak tontonan kami hehehe

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tantangan Zona 7 Bunda Sayang (Hari 2)

Hari ke-2 ini kelompok kami sudah semakin matang diskusinya. Kami sudah menentukan judul apa yang akan diangkat, yaitu "Pendidikan Seksualitas pada Anak Usia Dini: Aku, Keluarga dan Sekitar".  Ada 4 materi yang akan kami bahas, antara lain: 1. Tahu Keluarga dan Sekitar 2. Saling Menyayangi 3. Tidur Terpisah dengan Orang Tua atau Saudara 4. Waspada Terhadap Orang di Sekitar Alur kerja juga disusun untuk memudahkan kerja tim. Beberapa teman sekelompok pun sudah ambil bagian dalam pembagian kerja. Mulai dari penanggung jawab, penulis materi, editor, penyusun naskah, desain cover dan isi, tim kreatif, dan lain sebagainya. Namun kali ini saya tidak mengambil peran dalam tugas kelompok. Dan hanya menjadi penggembira serta penyemangat. 😁

Kenapa Jatuh Cinta dengan Drama Korea?

Drama Lawas, Autumn in My Heart Drama Korea adalah salah satu jenis tontonan yang banyak disukai. Dari mulai remaja, ibu-ibu hingga bapak-bapak di luar sana senang menonton tayangan yang satu ini. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini, dimana masyarakat dihimbau untuk di rumah saja jika tidak memiliki keperluan penting, semakin banyaklah penikmat drakor bertebaran.  Saya sendiri sudah belasan tahun menjadi penikmat drama Korea. Sejak Endless Love/Autumn in My Heart tayang di stasiun televisi Indonesia. Drama ini bercerita tentang anak yang tertukar (atau sengaja ditukar?), dimana akhirnya kembali ke orang tua masing-masing. Lalu setelah dewasa "mantan" kakak adik yang terpisah bertemu kembali dan saling jatuh cinta.  Cerita ini sukses membuat saya gagal move on hingga saat ini. Apalagi episode-episode awal yang menceritakan harmonisnya hubungan kakak beradik itu saat masih di bangku sekolah. Saya yang seorang anak sulung merasa begitu "iri". Seru membayangka

Setiap Lagu Menyimpan Cerita

Ketika berbicara tentang OST atau Original Soundtrack , ingatan saya selalu melayang pada hari-hari ketika saya masih duduk di bangku SMP. Pada suatu hari, di kelas kami diadakan semacam pentas seni. Para siswa diminta untuk tampil, baik secara individu maupun secara kelompok. Saya tidak terlalu ingat detailnya, namun ada satu hal yang saya ingat sampai sekarang. Seorang teman saya tampil membawakan melodi "Romance de Amor" dengan gitar akustiknya, dan sukses membuat para siswi yang hadir di sana "terpesona", bahkan beberapa siswi sampai berurai air mata. Melodi "Romance de Amor" ini memang sedang naik daun karena menjadi musik pengiring sebuah drama Korea yang booming saat itu, yaitu Endless Love atau Autumn in My Heart. "Sihir" melodi itu seperti semakin kuat karena dibawakan oleh salah satu siswa idola para wanita di sekolah saya. Ya, para gadis itu bercucuran air mata bukan hanya karena melodi yang menyayat hati, namun juga sosok penuh peson